Banyak penderita diabetes yang tak sadar dirinya punya diabetes hingga komplikasi sudah muncul. Siapa saja yang butuh deteksi dini diabetes?
Faktanya, dua pertiga penderita diabetes tak mengetahui jika dirinya mengidap penyakit tersebut. Tahu-tahu, mereka terdiagnosis saat sudah mengalami komplikasi. Padahal, sebagian besar kasus diabetes dan komplikasinya bisa dihindari dengan melakukan deteksi dini.
Dikatakan oleh dr. Fiona Amalia, MPH, dari KlikDokter, 80 persen kasus diabetes bisa lebih mudah dicegah jika terdeteksi dini.
“Lewat deteksi dini diabetes, bisa diketahui apakah seseorang punya kadar gula darah yang normal atau sudah mengalami kondisi pra diabetes, yaitu kadar gula di atas normal, tetapi belum cukup tinggi untuk terdiagnosis diabetes.”
Siapa saja yang butuh deteksi dini diabetes?
Berdasarkan Konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2015, deteksi dini diabetes perlu dilakukan pada individu dewasa (>18 tahun). Meskipun tak mengalami gejala apa pun, Anda mungkin saja terkena diabetes jika punya berat badan berlebih, dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2.
Tak cuma itu, beberapa faktor risiko di bawah ini juga tak boleh dilewatkan:
- Kurang aktivitas fisik
- Punya riwayat diabetes dalam keluarga (ayah, ibu, atau saudara kandung)
- Punya tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg atau sedang mengonsumsi obat-obat tekanan darah tinggi)
- Punya kadar kolesterol HDL <35 mg/dL dan/atau trigliserida>250 mg/dL
- Memiliki riwayat pra diabetes
- Memiliki riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah (stroke).
- Wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS atau polycystic ovarian syndrome)
- Wanita dengan riwayat melahirkan bayi besar (berat lahir > 4 kg) atau riwayat diabetes pada kehamilan
- Meski tak punya faktor-faktor risiko di atas, Anda yang berusia lebih dari 45 tahun tetap perlu deteksi dini diabetes.
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai pemeriksaan diabetes
Untuk deteksi dini diabetes, dr. Fiona mengatakan Anda dapat memeriksa kadar gula darah puasa, gula darah 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan cara meminum cairan dengan beban glukosa 75 gram atau Hemoglobin A1c.
“Hasil pemeriksaan tergolong normal apabila kadar gula darah setelah puasa sebesar <100 mg/dL atau kadar gula darah 2 jam setelah TTGO sebesar <140 mg/dL atau memiliki Hemoglobin A1c <5,7 persen. Sedangkan, Anda tergolong prediabetes apabila kadar gula darah setelah puasa sebesar 100-125 mg/dL atau kadar gula darah 2 jam setelah TTGO sebesar 140-199 mg/dL atau memiliki Hemoglobin A1c 5,7-6,4 persen,” kata dr. Fiona menjelaskan.
Jika hasil pemeriksaan berada di atas nilai-nilai tersebut, kemungkinan besar Anda sudah mengidap diabetes. Yakni, bila kadar gula darah setelah puasa adalah > 126 mg/dL atau kadar gula darah 2 jam setelah TTGO adalah > 200 mg/dL atau Hemoglobin A1c> sebesar 6,5 persen.
Perlu diketahui, patokan nilai-nilai di atas berlaku untuk pemeriksaan darah yang berasal dari pembuluh vena, yang umumnya dilakukan di laboratorium klinik atau rumah sakit. Jika fasilitas tidak tersedia, menurut dr. Fiona deteksi dini diabetes dapat dilakukan dengan memeriksa kadar gula darah puasa, yang diambil melalui pembuluh kapiler di ujung jari tangan.
Meski demikian, interpretasi hasilnya akan sedikit berbeda. Gula darah puasa yang diambil dari pembuluh kapiler dianggap normal bila kadarnya<90 mg/dL, tergolong prediabetes bila 90-99 mg/dL, dan diabetes bila>100 mg/dL.
“Cek diabetes idealnya dilakukan secara rutin. Untuk Anda yang tidak berisiko, pemeriksaan dapat diulang setiap 3 tahun jika hasilnya normal. Sedangkan jika Anda termasuk berisiko tinggi atau hasilnya abnormal, pemeriksaan dapat diulang setiap 1 tahun atau sesuai kebutuhan,” kata dr. Fiona mengingatkan.
Itu dia siapa saja yang butuh deteksi dini diabetes. Jika Anda memenuhi kriteria yang disebutkan di atas, jangan ragu untuk segera lakukan pemeriksaan. Karena, makin dini diagnosis, maka terapi bisa lebih efektif sehingga Anda terhindar dari komplikasi.